01 August 2007


- Putri Indonesia 2007 -

Putri Berbakat Dengan Bakat Yang Terbatas
ENTAH apa yang sebenarnya dicari dalam malam pemilihan Putri Berbakat di ajang Putri Indonesia (PI) 2007 yang digelar di Hotel Nikko Jakarta, Selasa (31/7) malam kemarin.Keseluruhan 36 finalis tampil ayu untuk saling beradu bakat dihadapan 12 juri.

[foto : artika sari devi, PI 2004]
Semuanya terlihat semangat dan percaya
diri untuk menunjukkan bakat dan kemampuan terbaik mereka.Namun jika ditilik secara cermat, dari 36 finalis yang beradu suara, menari ataupun membaca puisi, hanya sedikit yang benar-benar menunjukkan kemampuan ataupun bakat yang memang dimiliki.

Kemampuan yang benar-benar atau lumayan menonjol hanya dimiliki segelintir finalis saja.Namun apa daya, 12 juri yang hadir harus tetap untuk memilih tiga finalis Putri Berbakat untuk kemudian diumumkan pemenangnya pada malam final 3 Agustus mendatang. Tiga finalis pun akhirnya dipilih oleh dewan juri, termasuk oleh juara PI 2005 Artika Sari Devi.

Yang pertama adalah finalis asal Papua, Christy Anggeline Jawiraka. Gadis yang biasa di sapa Angel itu tampil penuh percaya diri dengan pakaian tradisional berumbai-rumbai dengan hiasan buku burung Kasuari sambil menarikan tarian tradisional dengan gerakan-gerakan kaki ditekuk sambil meloncat dan
bergerak ke kanan dan kekiri, serta tangan yang bergerak gerak keatas dan ke bawah.

Finalis kedua adalah DKI Jakarta 2, Tri Handayani, yang mempertunjukkan tari tradisional yang memang luwes, dan yang terakhir adalah Masyitah finalis asal Kepulauan Riau. Sita tampil penuh percaya diri membacakan puisi ciptaanya dengan gaya improvisasi gaya dan olah vokal yang berbeda, namun entah mengapa hal tersebut bisa memesona dewan juri. DAn pada akhirnya gelar Putri Berbakat memang menjadi milik Sita.
"Mereka ada yang benar-benar berbakat, dan Putri asal Papua saya lihat punya bakat dan tampil luwes," ucap Artika Sari Devi menguatkan pilihan dewan juri dalam memilih 3 finalis Putri Berbakat.

Saat menyimak penampilan ke 36 finalis Putri Indonesia 2007, finalis asal Jogjakarta, Denissa Marthatina menjadi salah satu yang bisa benar-benar disebut berbakat. Gadis berusia 18 tahun
yang baru lulus SMA itu memilih menyanyi. Dennis yang merupakan calon mahasiswa Psikologi Universitas Islam Jogjakarta itu membuktikan jika memang bisa menyanyi dan bersuara merdu kala menyenandungkan lagu berjudul `Salahkah Aku Terlalu Mencintaimu' yang sebelumnya di populerkan oleh Ratu. Sayang, karena bukan lagu karangan sendiri, Dennis sepertinya harus kalah, mengingat orisinalitas juga menjadi acuan dalam penilaian.

Finalis lain yang terlihat menunjukkan bakat adalah Yulia Ramadayanti, finalis asal Kalimantan Barat. Dara berusia 23 tahun itu dengan gagah menunjukkan kemampuannya sebagai peniup terompet handal sebagai mantan anggota marching band di kampusnya, plus dengan seragam marching band berwarna unggu. Kemampuan yang lumayan bagus juga ditunjukkan oleh Evajune Tassa Rieuwpassa yang mewakili Provinsi Maluku. Memakai pakaian kebaya modern berwarna putih, Tasha yang hitam
manis ini menunjukkan kemampuannya bermain piano sambil menyanyikan sebuah lagu daerah asal provinsinya.
Sedangkan finalis asal Jawa Tengah mencoba meyakinakan juri dan penonton mengenai kemampuannya membatik, sayang proses pembuktiannya masih meragukan, karena dia tidak emnampilkan bakatnya itu di panggung karena alasan teknik, dan memilih untuk bercerita mengenai alat-alat yang digunakan untuk membatik, yang jujur saja bisa diketahui lewat buku pelajaran anak SD.
Sementara finalis lainnya terlihat sama sekali tidak menunjukkan bakat atau bahkan benar-benar punya bakat kemampuan dibidang seni dan budaya yang patut ditonjolkan kecuali keberanian mereka untuk tampil dihadapan para juri dan juga penonton yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Hal ini bisa dilihat dari penampilan finalis asal Sulawesi Selatan Rezki Annisa yang memilih memainkan alat musik gesek tradisional,-mirip siter kalau di Jawa-. Alih alih memainkan musik gesek yang enak didengar, finalis berusia 22 tahun ini terlihat asal saja membunyikan alat musik yang dibawanya. Padahal musik ini biasanya digunakan dalam perkawinan adat. Rezki memilih bercerita mengenai kampung halamannya dengan menggunakan bahasa daerah yang diiringi suara musik yang justru membuat para penonton tertawa.
Bahkan, Indra Bekti yang kemarin tampil kocak sebagai pembawa acara secara spontan langsung berkomentar. "Wah musik yang kamu bawakan merdu, ngik-ngok ngik-ngok, sunguh!" ucapnya dengan nada menyindir sambil tertawa yang langsung diamini oleh para penonton dengan ikut tertawa.

Sementara itu, finalis dari Sulawesi utara Yunita, dan finalis asal Sumatera selatan Verawati Agustina mencoba membacakan puisi ciptaan mereka. Sedangkan finalis asal Kepulauan Bangka Belitung, Sinta Septia Dewi, mencoba memesona para juri dengan menyanyikan lagu ciptaannya sendiri. Gadis manis yang berprofesi sebagai polisi lalu lintas di Polres Bangka Tengah itu sekaligus mencoba beda dengan rekan-rekannya yang lain yang juga sama-sama menyanyi tapi lagu daerah."Lagu ini terinspirasi saat saya berada di sini bersama teman teman," ucap Sinta mencoba meyakinkan para juri jika ide dan tema lagunya itu memang orisinal, mengingat salah satu penilaian adalah orisinalitas, selain keberanian dan bakat itu sendiri. yang lain mencoba menari, baik itu tari tradisional ataupun
modern seperti balet yang dilakukan oleh finalis DKI 3 Fitri Adityasari.

Bisa dicatat juga, Agni pemenang Putri Indonesia 2006 dalam proses pemilihan Putri Berbakat Seni dan Budaya tahun lalu hanya melakukan akting melawak yang sebenarnya wujud keberanian berbicara sekenanya saja serta tampil pede di depan publik. "Di malam pemilihan bakat seni dan budaya saya cuman melawak ketika itu," kata Agni jujur sambil tertawa renyah yang
harus diakui terlihat manis.
Bakat seni pas-pasan yang dimiliki oleh para finalis juga dirasa betul oleh salah satu juri malam itu. "Ada yang memang berbakat, namun harus diakui memang ada yang sama sekali tidak berbakat," ucap pengacara senior Todung Mulya Lubis yang kemarin memang tampil sebagai salah satu dewan juri.

Untung saja di ajang Miss Universe, dimana para pemenang PI dikirim kesana untuk berlaga tidak mengenal ajang adu bakat, sehingga siapapun yang nantinya di kirim dalam kontes kecantikan sejagad itu tidak perlu bekerja keras untuk menunjukkan kemampuan mereka yang pas-pasan.

No comments:

ayo nyumbang buku