26 December 2015

Orang-orang Lugu di Sepak Bola Indonesia


 SAYA tidak ingin berbasa-basi menulis sebuah pengantar mengenai kematian tragis dua suporter Arema setelah bentrok (diserang) suporter Surabaya United di Sragen, Jawa Tengah, Sabtu (19/12/2015) kemarin. Saya rasa semua orang sudah tahu cerita dengan segala versinya masing-masing.

Saya hanya ingin menulis, bahwa kasus ini bisa dihindarkan jika semua pihak tidak bersikap lugu. Siapa pihak-pihak itu? polisi, gubernur, operator Piala Jenderal Sudirman, dan manajemen klub.

Semua orang sudah paham dan tahu suporter Malang dan Surabaya tidak pernah akur. Banyak kisah tragis antar dua suporter di Jawa Timur ini. Lalu mengapa pihak-pihak ini mengapa tidak membuat perencanaan matang untuk mengamankan suporter yang akan ke Sleman untuk mendukung Arema atau Surabaya United di Piala Jenderal Sudirman.

Yang  terjadi justru sikap lugu alias polos karena berasumsi yang bertanding Surabaya United, bukan Persebaya. Jadi Bonek tidak akan datang dan artinya tidak akan bentrokan antara Bonek dan Aremania.

Haloo?? Apa semuanya belum pernah atau tidak paham rivalitas suporter Malang dengan Surabaya? Dan kemudian acuh pada sebuah potensi bentrokan antar suporter hanya karena yang bertanding adalah Arema Malang melawan Surabaya United bukan Persebaya?

Sikap naif atau lugu ini setidaknya terekam dalam akun twitter Gubernur Jawa Timur Soekarwo, entah itu ditulis adminnya atau memang dari sang Gubernur sendiri. Ketika itu, Soekarwo melalui akun resminya @pakdekarwo1950 menanggapi cuitan seorang netizen dengan menulis  cek lagi apa bener itu Bonek. bukankah Bonek sebutan suporter Persebaya’

Harusnya semua pihak khususnya polisi tanggap dengan ini. Info rombongan suporter sudah tersebar jauh hari, baik melalui organisasi suporter, atau media sosial seperti akun grup suporter di faccebook dan grup wa atau BBM.

Atau aparat telik sandi atau intel polisi memang tidak memantau media sosial, facebook dan grup wa/BBM sehingga tidak tahu ada rombongan suporter Surabaya naik empat truk terbuka menuju Sleman, entah dengan tujuan nonton bola atau mencari perang dengan suporter asal Malang.

Kalau para intel ini tidak tahu ada pergerakan suporter. Lantas kerja merepa apa? Hanya melaporkan sesuatu yang sedang atau telah terjadi?

Andai aparat kepolisian dan TNI (kalau boleh dimasukkan), operator kompetisi dan klub mengetahui ini, mereka bisa menyiapkan skenario yang baik. Minimal memberi pengawalan, membuatkan jalur yang terpisah antar dua suporter agar potensi bentrok tidak terjadi. Nasi sudah menjadi bubur, dua nyawa melayang. Semoga tidak sia-sia.(*)

Wahyu Nurdiyanto, wartawan, pecinta sepakbola, tinggal di Banyuwangi 
@kowokhitam


*catatan: ditulis dengan emosi. rencananya mau dikirimkan ke blog sepakbola, tapi urung  dikirim karena males mau merevisi tulisan hahaha.
** selamat natal semuanya

ayo nyumbang buku