22 December 2007

Manusia-kan Kami Kereta Api Indonesia


Sejak bernama Jawatan, Perum, hingga Persero (PT Kereta Api Indonesia) yang tugasnya mengeruk untung seperti saat ini, kereta api ternyata tidak pernah berubah. Tak akan memanusiakan penggunanya, khususnya dari golongan miskin.

Yang saya tahu, sejak 10 tahun lalu, [kalau kata teman sih lebih lama lagi 20 tahun], tidak ada perubahan signifikan dari manajemen kereta api untuk memberikan fasilitas atau layanan yang lebih baik bagi pengguna setia [pasnya, bagi yang terpaksa] dari gerbong-gerbong tua kelas ekonomi yang tak layak, baik dari segi nyaman dan amannya.

Mungkin karena tiketnya yang murah, manajemen kereta api berbuat seenak udelnya. Tak ada fasilitas apapun yang bisa membuat penumpang kereta kelas ekonomi nyaman. Lampu mati, cendela kadang bolong tanpa kaca, kipas angin mati. Sementara gerbong mengangkut manusia melebihi kapasitas seharusnya sehingga tak ada lagi ruang kosong untuk duduk. Berdiri dengan nyaman pun akan susah, semua penuh, sampe bordes kereta yang seharusnya area bebas penumpang.

Belum lagi kalau pas rame, toilet [yang memang sudah tak berfungsi dengan benar karena tak ada air nya] menjadi semakin tak berfungsi karena dijadikan tempat duduk oleh tiga orang pria. Alhasil,orang yang mau pipis jadi kesusahan. Seperti yang saya alami ketika naik kereta Kertajaya (Pasar Senen Jakarta-Pasar Turi Surabaya), yang sangat penuh dengan penumpang Kamis (20 Desember 2007) malam kemarin.

Mereka yang pengen pipis [termasuk saya], hanya bisa menunggu kereta berhenti di stasiun. Tak masalah jika behenti lama. Tapi bagaimana kalau cuman berhenti sebentar, yang cowok mungkin dengan cepat berlari untuk kembali masuk kereta. Tapi bagaimana dengan ibu-ibu atau remaja putri yang pastinya geraknya tak secepat yang pria.

Kereta api kelas ekonomi bagaimana keadaannya tetap akan jadi primadona karena yang miskin memang tak punya pilihan. Namun apakah akan terus demikian? Apa karena tiketnya yang murah lantas manajemen kereta api Indonesia berhak semena-mena kepada penumpang? Dan lebih memperhatikan penumpang kelas bisnis dan eksekutif yang memang membayar lebih mahal?

Slogan Top 21 mu, yang melayani sama sekali tak berguna.

Kenapa tidak membuat kebijakan yang lebih manusiawi? Menambah frekuensi keberangkatan misalnya, sehingga penumpang tak perlu lagi berjejal dalam rangkaian gerbong yang sudah penuh dan pengab. Dan bukankan sudah menjadi tugas negara untuk melayani rakyatnya?
Dan jangan pula kau menjawab, `salah sendiri naik kelas ekonomi`. [terkutuklah yang menjawab seperti itu]

Jadi ku tantang kau, wahai Menteri Perhubungan, Direktur PT KAI dan seluruh jajaran direksi untuk naik kereta api ekonomi Jakarta-Surabaya atau semua jurusan lainnya.
Dan untuk kali ini, ajaklah istri, saudara-saudara perempuanmu, anak perempuanmu agar bisa merasakan susahnya pipis atau eeg di toilet-toilet jorok yang tak pernah tersedia air atau yang kadang sudah di tempati orang yang tak lagi kebagian tempat duduk di gerbong-gerbong reotmu.

Ini agar kau mengerti, dan setelah mengerti, semoga kau bisa membuat kebijaksanaan yang manusiawi, yang memanusiakan manusia yang membeli tiket mahal untuk kereta-kereta usang yang kau monopoli.

16 December 2007

Sepeda Pancal



Setelah cukup lama memendam rasa dan pengen, saya akhirnya bisa memiliki sebuah sepeda pancal. Tuku tunai nang toko.
Memang bukan sepeda bagus dan mahal seperti yang saya idam idamkan, tapi cukuplah untuk bike to work dan olahraga kliling suroboyo tiap minggu pagi ato pas malam hari sepulang gawe...
[itung itung ngurangi emisi, lan ga tuku bensin, wis seminggu sejak tuku sepeda onthel, motor tak parkir, ga pernah dipakai, cuman dipanasin tok tiap pagi selama 3 menit saja]

sepedae merek wimcycle, jenis road champ, regane 675 ewu. tapi jujur wae, sepeda iki ga rekomended, mending tuku polygon, larang sitik tapi komponennya wis apik kabeh, puas dadine.

14 December 2007

Bakri Lebih Kaya dari Nabi Sulaiman

Esei Bangbang Wetan, Emha Ainun Nadjib
tulisan ini ditampilkan di Harian SURYA, edisi Sabtu 15 Desember 2007
Lupa tahun berapa. Pak Harto masih berkuasa. ABRI dan Golkar sedang kuat-kuatnya. Menteri Agama waktu itu Pak Tarmidzi Taher, Pangdam Jatim Pak Hartono Banyuanyar
Madura, Gubernur Jatim mungkin Pak Basofi Sudirman. Seingat saya ketiga beliau hadir
di BPPM Pondok Gontor Ponorogo siang itu bersama Bambang Tri Hatmojo boss Bimantara.

RCTI meliput acara itu untuk siaran tunda, dipimpin langsung oleh direkturnya: Andy
Ralli Siregar. Waktu itu RCTI masih sempit wawasan dan pengalaman pasarnya, sehingga menyangka saya dan KiaiKanjeng layak tayang.
Kesempitan wawasan itu segera dibayar dengan pernyataan pengunduran diri sang Direktur hanya beberapa puluh menit sesudah saya dan KiaiKanjeng naik panggung.

Pasalnya, beberapa menit saya di panggung, saya dikasih kertas kecil berisi peringatan agar saya hati-hati bicara terutama karena ada anaknya Pak Harto. Maka saya benar-benar sangat berlaku hati-hati. Saya mengangkat tangan kiri dengan hati-hati, telunjuk saya luruskan dengan hati-hati dan saya tudingkan ke arah Bambang Tri Hatmojo.

Tangan saya adalah anugerah Allah yang sangat mahal, sehingga saya gunakan pula untuk menuding orang yang paling mahal dan penting.
"Bambang Tri!", kata saya dengan hati-hati.
"Nanti pulang ke rumah bukalah buku catatan kekayaanmu. Coba dihitung dengan seksama berapa persen yang halal, berapa persen yang haram dan berapa persen yang syubhat...."

Karena atmosfir suasana dan wajah semua orang yang hadir terutama para pejabat tinggi menjadi sangat tegang dan kebingungan.
saya meneruskan : "Saya tahu kata-kata dan sikap saya sangat menusuk dan menyakitkan hati Bung Bambang, tetapi mohon diingat bahwa itu hanya secipratan dibandingnya sakitnya hati rakyat selama ini..."

Setelah itu bisa dibayangkan sendiri apa yang terjadi, bagaimana nasib saya, bagaimana nasib Kiai Gontor yang sesepuh saya di hadapan Pak Harto, bagimana nasib Direktur RCTI di depan pemilik Bimantara Bambang Tri Hatmojo dst.

Apalagi ketika kemudian mendadak MC berdiri dan memotong pembicaraan saya dengan mengatakan, "Saudara-saudara demikianlah tadi telah berlangsung seluruh rangkaian acara...."

Spontan dengan hati-hati saya menggebrak meja dan saya bentak MC itu dan saya suruh turun panggung....
Kalau Anda hadir di Bangbang Wetan insyaallah ada kemungkinan saya kisahkan secara
lebih detail apa yang kemudian terjadi. Suharto masih sangat berkuasa, tentara dan
polisi ada di mana-mana karena Pangdam hadir Menteri hadir dan terutama anaknya Pak
Harto hadir.

Jangan dibandingkan dengan situasi sekarang. Ketika Orba semua orang "ndelosor" ketakutan. Beda dengan di masa reformasi, sekarang ini: semua orang pemberani, hebat-hebat, kritis, progresif dan berani melawan siapa saja. Di masa reformasi semua orang bangkit, semua orang bisa jadi Menteri, semua orang bisa jadi Gubernur, anggota DPR, Bupati, Walikota...

Kecuali saya. Saya sangat penakut begitu era reformasi berlangsung. Sehingga kalau umpamanya saya terlibat dalam suatu forum di mana ada Aburizal Bakri, saya jamin saya tidak akan berani mengucapkan kalimat seperti yang saya ucapkan di depan umum
kepada Bambang Tri Hatmojo : "Bung Ical, nanti pulang ke rumah bukalah buku catatan
kekayaanmu. Coba dihitung dengan seksama berapa persen yang halal, berapa persen
yang haram dan berapa persen yang syubhat...."

Mungkin karena beliau saya bayangkan lebih kaya dibanding Nabi Sulaiman, meskipun hal itu harus diinvestigasi. Mungkin juga karena dalam pemetaan struktural global
seperti sekarang belum ada pasal-pasal fiqih yang bisa dipakai sebagai parameter untuk mengukur apakah uang yang itu halal atau haram.
Kausalitas, sebab akibat, asal muasal, ujung pangkal dan sangkan paran setiap lembar uang di tangan seseorang sangat susah ditentukan posisi fiqhiyahnya, halal haramnya.

Yang saya mampu lakukan adalah tiga hari yang lalu khushusan dari Jakarta saya datang ke Sidoarjo untuk berkumpul dengan sekitar 120 perwakilan dan tokoh-tokoh masyarakat korban lumpur yang berjumlah sekitar 11.600 KK atau sekitar 47.000 orang, di luar 290 KK yang masih tinggal di Pasar Porong.
Sebelum itu saya temui dulu Bupati Sidoardjo untuk memastikan di mana "alamat" beliau dalam peta lumpur hari ini dan ke depan.

Alhamdulillah Sidoardjo solid. Nanti Pebruari Sidoardjo Bangkit. Kami menyepakati sejumlah prinsip secara penuh tekad bulat, menyusun sekian agenda bertahap ke depan. Monggo saja.

26 November 2007

Dari Sahabat

Tersenyumlah Kawan

kemarin anak itu masih bertemu dengan saya
kemarin ia tersenyum lepas
ada makna yang terpancar dari bibirnya
kemarin ia juga menatapku dengan tajam
kemarin ia mengulurkan tangan sebagai tanda
waktu telah berakhir...

rasanya baru kemarin juga...
ia pergi dari komunitas kami
hari ini ia memberi kabar
kakinya telah menapak di bumi surabaya
doaku teriring buat si dia
semoga Tuhan membawanya ke satu titik yang ia impikan
selamat bekerja kawan... sukses selalu...
tersenyumlah... dan tersenyumlah....

mas bechi dan konco-koncomu

Tulisan diatas, adalah tulisan pimpinan saya saat masih tugas di Jakarta.
beliau memang sedikit banyak tahu mengenai pergulatan hati saya, mulai dari pekerjaan sampai kehidupan roman.
Tulisan ini datang sesaat setelah kaki ini menapak di Surabaya pada Senin 26 Nopember pagi.
Kesedihan untuk pergi dari jakarta memang masih terasa, tapi hidup memang seperti itu, bergerak dinamis. Dan saya pun tak harus menyesalinya. "Kabeh ki ono wayahe." kata seorang sahabat.
Bang Domu, pimpinan yang juga teman baik di kantor Jakarta, juga menitipkan pesan "Dunia tak selebar daun kelor, semangat dan bangkit. jangan kubur asamu sendiri."

Terima kasih terima kasih dan terima kasih pak Bechi, terima kasih bang Domu semoga saya bisa menjadi orang yang lebih baik. dan terus tersenyum...

tapi saya masih juga merasa sedih...

21 November 2007

Bunderan Sing Ngangeni

foto diambil dari hotel Hyatt, lantai 26 [ahh, akhirnya keturutan moto bunderan HI soko langit jakarta]



Meski sudah hampir satu tahun berada di jakarta, saya baru mengenalnya dan mengetahuinya baru-baru ini.
Bunderan HI yang saban hari selalu saya lewati [pagi siang sore malam] tidak pernah menjadi tempat spesial bagi hati saya [yang semoga tidak atau belum menghitam]. Patung dua manusia melambai tangan dan pancuran air indah yang ga bakal ada selain di Jakarta, hanya saya anggap sebuah landmark ibukota.

Ning, sejak kenal ama temen-temen HI sing gabung nang komunitas BHI, bunderan satu ini jadi punya rasa spesial di hati.

Ah..sayang saya baru mengenalnya untuk sebentar...

[kawan-kawan, saya mau pamit. Tugas saya di Jakarta sudah purna. Saya harus kembali ke markas besar di Surabaya. Sedih..sungguh]

Konco-konco, maaf untuk semua salah. Terima kasih untuk pertemanannya.

Salam, [dengan tangis tertahan]
wahyu nurdiyanto

16 November 2007

Lagu Lapindo



Sudah satu tahun lebih lumpur panas Lapindo melenyapkan sebuah peradaban di Porong Sidoarjo. Penyelesaian yang acakadut dan jauh dari rasa keadilan membuat jutaan jiwa marah dan resah.
Impian tentang Indonesia sebagai tanah air beta yang damai sentosa dan memakmurkan pun berubah. Tak salah jika lagu Indonesia Pusaka, karangan Ismail Marzuki digubah sedikit menjadi Indonesia Pusara.
Lagu ini pun menjadi lagu wajib bagi para korban saat melakukan unjukrasa. Begitu juga saat mereka unjukrasa di depan Istana Merdeka, Jumat (16/11).

ah,..saya pun merinding mendengarya..

Indonesia Pusaka [versi asli]
Karangan / Ciptaan : Ismail Marzuki

Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa

Reff :
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata

Sungguh indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya

Reff :
Indonesia ibu pertiwi
Kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku
Kepadamu rela kuberi

13 November 2007

Ultah Kantor







10 November, jadi ultah kantor
Kantorku wis 18 tahun, umure...
wis remaja, kalau wanita tengah molek, tapi rung mateng...masih STMJ.

ah,..semoga saya masih semangat teyus..

12 November 2007

2 hari 3 konser. its fun

Minggu (11/11) dan Senin (12/11) jadi hari yang lumayan menyenangkan
bagi saya.
Maklum ditengah-tengah gawean yang sudah mulai terpikir untuk
ditinggalkan, saya mendapatkan tiga hiburan bermutu [musik] yang
jarang-jarang bisa ternikmati.
Yang pertama, saya berkesempatan untuk mendengarkan petikan gitar
berteknik tinggi dengan sentuhan betotan bas halus dari maestro gitar
klasik endonesia, yakni Jubing Kristianto.
momen langka ini saya dapat minggu pagi, saat bertugas mengawal acara
tanam-tanam pohon di senayan yang diselenggarakan bapak perusahaan
tempat saya gawe.
Sungguh, petikan gitar askutik Yamaha si Jubing bikin saya keblinger.
Mulai dari Becak Fantasi, Hujan milik Ibu Kasur, Indonesia Pusaka,
sampe OST Mission Imposible dibawakan dengan yahud hud. Hiburan kedua
ditengah gawe yang menjenuhkan muncul pada minggu siang. Usai ikut-ikut
mendengarkan ajakan berpolitik dari sebuah partai milik para kyai khos Nahdlatul Ulama
di Senayan, saya terhibur dengan hadirnya GIGI yang memang diundang
khusus usai acara. Tiga skuad GIGI, dengan lagu-lagu bertema religi
lumayan membuat saya bergairah. Sayang soundnya asyuu. Suarane gitare
Dewa Budjana ga metu. Mung cring cring ra jelas, tapi ya lumayan lah.
PADI di KRI Teluk Mandar [pas sore hari]



padi di KRI Teluk Mandar [pas malam hari]
Hiburan
ketiga datang pada Senin sore. PADI yang sukses dengan lagu Sobat,
bikin konser di tengah laut lepas [tepatnya di teluk Jakarta], numpak
KRI Teluk Mandar.
Selain musik PADI yang yahud [didukung sound yang ok], saya pun juga
senang untuk ikut berlayar dengan salah satu kapal perang milik TNI AL.
Maklum jarang-jarang lho iso numpak kapal perang, termasuk foto-foto,
hehe.
Moga-moga ada kesempatan lagi...

09 November 2007

Gempita Sedih Di Senayan

penalti budi sudarsono yang sempat membawa harapan



Impian menyaksikan gempita kemenangan di Senayan pupus.
Tim merah putih yang tampil mak nyuss di ajang Piala Asia 2007 justru tampil mlempem.
Senayan menjadi kuburan bagi Ponaryo Astaman dkk. Jumat tanggal 9 November menjadi hari kematian saat dibantai tanpa ampun oleh Suriah dengan skor 1-4 diajang kualifikasi Piala Dunia 2010.
Tak ada kebanggnan, tak ada dukungan, hanya umpatan dan kesedihan.
Kerinduan akan permainan cepat nan rancak yang sempat tersaji di Piala Asia 2007 hilang.
Pemain tertunduk. Pelatih Ivan kolev terlihat bingung.
"Pemain lupa akan sepakbola modern. Lupa bagaimana bermain cepat, lupa cara menyerang dan lupa cara bertahan," ucap Kolev tanpa bisa menyembunyikan kegusarannya.
sebagai pecinta sepak bola nasional, sudah pasti saya sedih dengan hasil buruk ini. atmosfer senayan malam itu terasa berat dan pekat

Ah...saya pun bertambah sedih

08 November 2007

prameks



Yang pernah tinggal di Solo dan Jogja, pastinya tahu tentang kereta api yang satu ini, Pramexs, alias si Prambanan Exspres.
Pramexs menjadi teman setia, bagi mereka yang ingin ke Solo atau ke Jogja tapi sing males ngeBis bumel.
Enam tahun di Solo, kuliah di UNS, jelas membuatku akrab dengan kereta api yang di operasikan oleh PT KAI Daerah Operasi (Daop) VI Jogjakarta ini.
Ehmm...after years, saya kembali ke prameks yang melegenda itu.
Naik dari stasiun jogja ke stasiun balapan, Sabtu 3 November 2008, naik yang jam 6 sore.
Feel like the old days.
ini prameks edisi lama, karena sebenarnya ada yang edisi baru. sayapun sebenarnya sudah merasakan prameks gerbong baru pas Agustus kemarin. cuman waktu itu pas ga foto-foto.

29 October 2007

nampang di Pesta



wajah wajah bersuka, ketika program kambing untuk pendidikan disambut mantap di pesta blogger 2007.[sayang aku ga foto-foto blas]. ya wis ra opo opo.

28 October 2007

Hari Blogger Nasional


27 oktober 2007 menjadi hari yang bersejarah bagi blogger Indonesia.
Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh menyatakan hari tersebut menjadi hari Blogger Nasional.
[tapi asline, pentingkah itu?]

blogger untuk bangsari


ngumpul-ngumpul di depan plasa indonesia, presentasi kambing untuk pendidikan saat muktamar blogger.

03 September 2007


DASI
memasang dasi jelas bukan pekerjaan mudah [setidaknya bagi beberapa orang].
Banyak yang memang tak pandai masang dasi karena kerjaannya tidak saban hari kudu pake dasi, [kecuali arek sekolah, sd, smp, sma, biasanya pake dasi, meski dasine ya dasi instan]

Memasang dasi butuh skill tersendiri. Saya setuju itu, mengingat dasi punya beberapa gaya, dari model Windsor Knot, Half Windsor Knot, Four in Hand Knot sampai Pratt Knot.

Ada yang masih belum bisa pasang dasi? belajarlah di web ini.
ini web lumayan berguna, setidaknya mengajari orang pake dasi yang benar.

30 August 2007

FOTO ORANG (DI)HILANG(KAN)

wajah-wajah orang-orang yang dihilangkan negara, entah dimana mereka berada

"Kalu hidup dimana, kalau sudah mati dimana kuburnya," pernyataan Sipon, istri dari seniman asal Solo, Wiji Tukul yang hilang/diculik pada 1996.

Hingga sekarang, Sipon bersama kedua anaknya, Hitri Nganthi Wani dan Fajar Merah berusaha untuk terus bertahan hidup dengan membuka usaha jahitan. "Sudah hampir 8 tahun saya kehilangan suami saya tanpa kepastian, saya tidak tahu apa yang dilakukan Tukul sehingga saya terkena imbasnya, ini seperti pepetah suwargo nunut, neroko katut (surga ikut, neraka ikut)," papar Sipon. [dikutip dari Suara Pembaharuan]
[foto; nothing]
Orang (DI)Hilang(KAN)


Foto ini bukan foto selebritis, ini adalah foto orang-orang yang hilang oleh tangan besi pemerintah Indonesia kala itu.
[foto; nothing]

Di fasilitasi oleh KONTRAS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan) manusia-manusia yang terluka hatinya secara rutin melakukan aksi setiap hari Kamis, di depan Istana Merdeka di jalan Medan Merdeka Selatan Jakarta untuk melakukan aksi diam mulai jam 16.00 WIB hingga 17.00 WIB.
Mereka yang tergabung dalam Jaringan Solidaritas Korban dan Keluarga Korban (JSKK) pelanggaran Hak Asasi Manusia dan IKOHI (Ikatan Keluarga Orang Hilang) melengkapi diri dengan payung hitam bertuliskan Adili Pelanggar HAM, foto keluarga yang menjadi korban termasuk gambar raksasa foto Munir, poster bertuliskan `Tolak Impunitas`, dan aksi teaterikal. Aski ini bertujuan agar pemerintah Indonesia yang di pimpin Susilo Bambang Yudhoyono serius untuk mengususut kekerasan yang dilakukan oleh negara kepada rakyatnya.
Aksi Kamisan,-begitu mereka menamakan ini karena selalu digelar pada hari Kamis,- ini diilhami oleh gerakan yang dilakukan ibu-ibu di Argentina yang berkumpul setiap hari di depan The Plaza de Mayo. Aksi itu menuntut pemerintah Argentina memberitahukan keberadaan anak-anak mereka yang hilang. Alhasil, tindakan itu membawa hasil, yang memaksa pemerintah lantas mengakui penculikan terhadap ribuan orang Argentina.
Acara kemarin menjadi aksi ke-32 dari JSKK sekaligus menjadi Peringatan Hari Pekan Penghilangan Paksa Internasional 2007
"Kami tidak akan pernah lelah untuk ini. Dan terima kasih kepada semua yang telah mendukung aksi kami ini. Semoga tidak ada hal seperti ini (penculikan/pembunuhan oleh negara) menimpa keluarga Indonesia lainnya," ucap Utomo Raharja yang kehilangan anak keduanya Petrus Bima Anugerah.
Petrus adalah aktivis dan diduga besar hilang karena aksi penculikan yang dilakukan pemerintah di era kepemimpinan Soeharto ketika itu.
Petrus hilang sejak 31 MAret 1996 akibat aktifitasnya bersama Partai Rakyat Demokratik (PRD), partai yang dinilai berbahaya oleh pemerintah Soeharto.
Masih banyak Utomo Raharjo lain, karena begitu banyak orang hilang atau dihilangkan oleh penguasa republik ini.

23 August 2007

Wars Within : Cerita Majalah Tempo


Di Indonesia nama majalah Tempo sudah begitu melegenda. Selain berita-berita tajam hasil karya jurnalistik yang nyaris sempurna, tempo juga dikenal sebagai sosok majalah yang `Die Hard` jika memimjam istilah film Hollywood yang tenar berkat akting kocak Bruce Willis.
Dua kali sudah majalah ini dibredel oleh penguasa yang tak berkenan dengan pemberitaannya, tahun 1982 dan 1994. Belum lagi tuntutan-tuntutan perdata puluhan miliar rupiah dari orang-orang yang dibongkar belangnya oleh majalah yang terbit pertama kali pada Maret 1971 itu,- termasuk kasus gugatan Rp 1.000.000.000 miliar dan 2 miliar dolar AS-. Toh, majalah yang dipimpin oleh Goenawan Mohammad itu tetap eksis hingga sekarang.
Namun terlepas dari sosok Tempo yang tidak ada matinya, majalah ini mempunyai peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia dengan penyajian berita-berita politik, dan konsitensinya untuk menyuarakan kebenaran di republik yang menyuburkan korupsi dan kolusi.

Dengan kata lain, Tempo mampu memerankan fungsinya sebagai pilar demokrasi, sebagai pendidik dan pengawas. Meskipun sangat berpengaruh karena menjadi majalah paling berpengaruh, sejarah majalah Tempo tidak banyak diketahui orang. Dan hal inilah yang disajikan oleh Janet Steele, Assosiate Professor pada The School of Media and Public Affair di Universitas George Whasington, dalam bukunya Wars Within, Pergulatan Tempo, Majalah Berita Sejak zaman orde Baru. Buku edisi pertamannya berupa tulisan bahasa Inggris dengan judul Wars Within : The story of Tempo, namun kemudian di terjemahkan dengan baik dan lugas oleh Arif Zulkifli. Buku terbitan Dian Rakyat ini bercover gambar wajah pimpinan redaksi Tempo Goenawan Mohammad dan wajah Presiden RI ke-2 Soeharto. Wars Within yang memiliki 291 halaman, ditulis dengan gaya naratif yang enak dibaca. "Tempo menjadi sebuah majalah penting di Indonesia. Karena itu saya menulis dan melakukan penelitian untuk membuat buku tentang Tempo," ucap Janet, saat peluncuran buku Wars Wthin edisi bahasa Indonesia di Jakarta, Kamis (23/8). "Saya sungguh-sungguh berharap bisa menampilkan potret utuh Tempo," ucap Janet mengenai bukunya yang bisa disebut sebagai sebuah literatur yang ideal mengenai sejarh politik dan budaya Indonesia, atau setidaknya gambaran mengenai Tempo dari masa ke masa.

Banyak hal yang diceritakan oleh Janet dalam buku ini. Sejarah Tempo yang tidak banyak diketahui publik terpapar dengan jelas. wawancara dengan Goenawan Mohammad dan pendiri-pendiri Tempo membuat pemaparan sejarah dan pergolakan internal awak redaksi paska pembredelan kedua disajikan dengan runtut. Termasuk fakta jika Gunawan Mohammad sebenarnya tidak mau Tempo kembali terbit pada 1998 saat pintu reformasi terbuka lebar bagi pers. "Ego saya mengatakan Tempo tidak perlu terbit lagi," ucap Goenawan Mohammad dalam sebuah rapat dengan para awak redaksi Tempo yang dikutip oleh Janet pada bagian Epilog di bukunya. Goenawan yang disebut Janet sebagai sosok pria tampan, berkulit halus dan nyaris sempurna bahasa Inggrisnya itu, beralasan jika Tempo lebih baik tidak terbit, menjadi memori dan menjadi legenda pers di Indonesia. Hal menarik lainnya yang bisa diketahui publik adalah sejarah-sejarah menarik para punggawa redaksi, seperti latar belakangnya yang eks tapol dan pernah menghuni Pulau Buru.

Janet yang memperoleh Fullbright Professor dalam program American Studies di Universitas Indonesia juga memaparkan bagaimana Tempo menjalani posisi `mendua` semasa pemerintahan Soeharto. Meski Janet lebih suka untuk menyajikan pandangan independen Tempo dengan seringnya pemberitaan yang cenderung beresiko untuk menyerang pemerintahan yang terkenal otokratis, khas orde baru. Proses pemberitaan yang rumit, bagaimana redaksi menentukan apa yang pantas naik cetak dan yang tidak naik cetak seperti pada kasus cerita dari Pulaui Buru, peristiwa Tanjung Priok, dan pemberitaan korupsi, hingga kasus terakhir yang menimpa Tempo dengan tuntutan Tomy Winata juga tersaji menarik.

Bahkan terbilang cukup detail khususnya pada saat persidangan di Pengadilan Jakarta Selatan. Wars Within harus diakui memuat hal-hal menarik yang tersaji dari sebuah riset dan observasi mendalam yang dilakukan oleh Janet, termasuk pengayaan materi dengan menampilkan metode content analysis khas metodologi ilmu komunikasi. Namun buku ini juga cukup susah untuk `diterjemahkan` kepada siapa buku ini ditujukan sebenarnya.

[foto by nothing]

19 August 2007



UEFA Champions League

Yang suka nontong Liga Champions UEFA tentunya tak asing dengan lagu ini.., lagu yang megah..[menurut ku sih..]

Ceux sont les meilleurs equipes
Es sind die aller besten Mannschaften, the main event.

Die Meister, die Besten, les meilleurs equipes, the champions.

Les grandes et les meilleurs!
Eine grosse stattliche Veranstaltung, the main event:
These are the men, Sie sind die Besten, These are the champions!
Die Meister, die Besten, les meilleurs equipes, the champions.
Die Meister, die Besten, les meilleurs equipes, the champions.

bisa didengar di sini




Lagu The Kop Untuk The Reds


Bagi pengemar sepakbola. lagu You’ll Never Walk Alone ini pastinya tidak asing. Ini adalah lagu kebangsaan suporter Liverpool. Lagu ini akan bergemuruh di Stadion Anfield ataupun stadion-stadion lainnya jika The Reds tengah bertanding dan suporter fanatis mereka juga hadir. dan ini adalah sejarah singkatnya..

Written by Rogers and Hammerstein for the 1945 Broadway musical 'Carousel', Gerry Marsden and his Pacemakers performed the song in Liverpool clubs during the birth of Merseybeat.
"The audience would just stop, stand and listen. It had this immediate effect," says Marsden.
Released in October 1963, YNWA was the Pacemakers' third consecutive number one and nowhere was it more popular than on the Kop, as fans sang along with the PA before matches.
When it fell from the top spot, Kopites continued to sing it and YNWA has been played and sung at Anfield ever since.


You’ll Never Walk Alone

When you walk through a storm
Hold your head up high
And don't be afraid of the dark
At the end of the storm
Is a golden sky
And the sweet silver song of a lark

Walk on through the wind
Walk on through the rain
Tho' your dreams be tossed and blown
Walk on, walk on
With hope in your heart
And you'll never walk alone
You'll never walk alone

dan ini link nya
Hear or download the MP3 of the Chant


01 August 2007


- Putri Indonesia 2007 -

Putri Berbakat Dengan Bakat Yang Terbatas
ENTAH apa yang sebenarnya dicari dalam malam pemilihan Putri Berbakat di ajang Putri Indonesia (PI) 2007 yang digelar di Hotel Nikko Jakarta, Selasa (31/7) malam kemarin.Keseluruhan 36 finalis tampil ayu untuk saling beradu bakat dihadapan 12 juri.

[foto : artika sari devi, PI 2004]
Semuanya terlihat semangat dan percaya
diri untuk menunjukkan bakat dan kemampuan terbaik mereka.Namun jika ditilik secara cermat, dari 36 finalis yang beradu suara, menari ataupun membaca puisi, hanya sedikit yang benar-benar menunjukkan kemampuan ataupun bakat yang memang dimiliki.

Kemampuan yang benar-benar atau lumayan menonjol hanya dimiliki segelintir finalis saja.Namun apa daya, 12 juri yang hadir harus tetap untuk memilih tiga finalis Putri Berbakat untuk kemudian diumumkan pemenangnya pada malam final 3 Agustus mendatang. Tiga finalis pun akhirnya dipilih oleh dewan juri, termasuk oleh juara PI 2005 Artika Sari Devi.

Yang pertama adalah finalis asal Papua, Christy Anggeline Jawiraka. Gadis yang biasa di sapa Angel itu tampil penuh percaya diri dengan pakaian tradisional berumbai-rumbai dengan hiasan buku burung Kasuari sambil menarikan tarian tradisional dengan gerakan-gerakan kaki ditekuk sambil meloncat dan
bergerak ke kanan dan kekiri, serta tangan yang bergerak gerak keatas dan ke bawah.

Finalis kedua adalah DKI Jakarta 2, Tri Handayani, yang mempertunjukkan tari tradisional yang memang luwes, dan yang terakhir adalah Masyitah finalis asal Kepulauan Riau. Sita tampil penuh percaya diri membacakan puisi ciptaanya dengan gaya improvisasi gaya dan olah vokal yang berbeda, namun entah mengapa hal tersebut bisa memesona dewan juri. DAn pada akhirnya gelar Putri Berbakat memang menjadi milik Sita.
"Mereka ada yang benar-benar berbakat, dan Putri asal Papua saya lihat punya bakat dan tampil luwes," ucap Artika Sari Devi menguatkan pilihan dewan juri dalam memilih 3 finalis Putri Berbakat.

Saat menyimak penampilan ke 36 finalis Putri Indonesia 2007, finalis asal Jogjakarta, Denissa Marthatina menjadi salah satu yang bisa benar-benar disebut berbakat. Gadis berusia 18 tahun
yang baru lulus SMA itu memilih menyanyi. Dennis yang merupakan calon mahasiswa Psikologi Universitas Islam Jogjakarta itu membuktikan jika memang bisa menyanyi dan bersuara merdu kala menyenandungkan lagu berjudul `Salahkah Aku Terlalu Mencintaimu' yang sebelumnya di populerkan oleh Ratu. Sayang, karena bukan lagu karangan sendiri, Dennis sepertinya harus kalah, mengingat orisinalitas juga menjadi acuan dalam penilaian.

Finalis lain yang terlihat menunjukkan bakat adalah Yulia Ramadayanti, finalis asal Kalimantan Barat. Dara berusia 23 tahun itu dengan gagah menunjukkan kemampuannya sebagai peniup terompet handal sebagai mantan anggota marching band di kampusnya, plus dengan seragam marching band berwarna unggu. Kemampuan yang lumayan bagus juga ditunjukkan oleh Evajune Tassa Rieuwpassa yang mewakili Provinsi Maluku. Memakai pakaian kebaya modern berwarna putih, Tasha yang hitam
manis ini menunjukkan kemampuannya bermain piano sambil menyanyikan sebuah lagu daerah asal provinsinya.
Sedangkan finalis asal Jawa Tengah mencoba meyakinakan juri dan penonton mengenai kemampuannya membatik, sayang proses pembuktiannya masih meragukan, karena dia tidak emnampilkan bakatnya itu di panggung karena alasan teknik, dan memilih untuk bercerita mengenai alat-alat yang digunakan untuk membatik, yang jujur saja bisa diketahui lewat buku pelajaran anak SD.
Sementara finalis lainnya terlihat sama sekali tidak menunjukkan bakat atau bahkan benar-benar punya bakat kemampuan dibidang seni dan budaya yang patut ditonjolkan kecuali keberanian mereka untuk tampil dihadapan para juri dan juga penonton yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Hal ini bisa dilihat dari penampilan finalis asal Sulawesi Selatan Rezki Annisa yang memilih memainkan alat musik gesek tradisional,-mirip siter kalau di Jawa-. Alih alih memainkan musik gesek yang enak didengar, finalis berusia 22 tahun ini terlihat asal saja membunyikan alat musik yang dibawanya. Padahal musik ini biasanya digunakan dalam perkawinan adat. Rezki memilih bercerita mengenai kampung halamannya dengan menggunakan bahasa daerah yang diiringi suara musik yang justru membuat para penonton tertawa.
Bahkan, Indra Bekti yang kemarin tampil kocak sebagai pembawa acara secara spontan langsung berkomentar. "Wah musik yang kamu bawakan merdu, ngik-ngok ngik-ngok, sunguh!" ucapnya dengan nada menyindir sambil tertawa yang langsung diamini oleh para penonton dengan ikut tertawa.

Sementara itu, finalis dari Sulawesi utara Yunita, dan finalis asal Sumatera selatan Verawati Agustina mencoba membacakan puisi ciptaan mereka. Sedangkan finalis asal Kepulauan Bangka Belitung, Sinta Septia Dewi, mencoba memesona para juri dengan menyanyikan lagu ciptaannya sendiri. Gadis manis yang berprofesi sebagai polisi lalu lintas di Polres Bangka Tengah itu sekaligus mencoba beda dengan rekan-rekannya yang lain yang juga sama-sama menyanyi tapi lagu daerah."Lagu ini terinspirasi saat saya berada di sini bersama teman teman," ucap Sinta mencoba meyakinkan para juri jika ide dan tema lagunya itu memang orisinal, mengingat salah satu penilaian adalah orisinalitas, selain keberanian dan bakat itu sendiri. yang lain mencoba menari, baik itu tari tradisional ataupun
modern seperti balet yang dilakukan oleh finalis DKI 3 Fitri Adityasari.

Bisa dicatat juga, Agni pemenang Putri Indonesia 2006 dalam proses pemilihan Putri Berbakat Seni dan Budaya tahun lalu hanya melakukan akting melawak yang sebenarnya wujud keberanian berbicara sekenanya saja serta tampil pede di depan publik. "Di malam pemilihan bakat seni dan budaya saya cuman melawak ketika itu," kata Agni jujur sambil tertawa renyah yang
harus diakui terlihat manis.
Bakat seni pas-pasan yang dimiliki oleh para finalis juga dirasa betul oleh salah satu juri malam itu. "Ada yang memang berbakat, namun harus diakui memang ada yang sama sekali tidak berbakat," ucap pengacara senior Todung Mulya Lubis yang kemarin memang tampil sebagai salah satu dewan juri.

Untung saja di ajang Miss Universe, dimana para pemenang PI dikirim kesana untuk berlaga tidak mengenal ajang adu bakat, sehingga siapapun yang nantinya di kirim dalam kontes kecantikan sejagad itu tidak perlu bekerja keras untuk menunjukkan kemampuan mereka yang pas-pasan.

25 June 2007

Menteri dan petinggi negara Endonesa ngeBlog

Internet memang sudah menjadi sesuatu yang global...dan ngeBlog juga menjadi seuatu yang global juga untuk saat ini.
Semua orang ngeBlog, mencurahkan segala sesuatu yang mereka ingin curahkan atau yang ingin berbagi mengenai idiologi atau paham yang mereka anut.
Dan inilah petinggi endonesia yang ngeBlog dan meramaikan jagat internet...
ketua MPR, Hidayat Nur Wahid , Menteri Negara Perumahan Ra`jat, Yusuf Ashari, Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, dan Menteri Pertanian Anton Priyono

17 May 2007

95 Tahun SK Trimurti



MENGENANG jasa kepahlawanan wartawan senior Sirastri Karma Trimurti, Yayasan Bung Karno menerbitkan buku `95 Tahun S K Trimurti, Pejuang Indonesia` yang berisi kumpulan tulisan-tulisan terpilih dari SK Trimurti selama masih aktif sebagai wartawan.
Peluncuran buku yang dilakukan di Auditorium Perpusatakaan Nasional Indonesia, Rabu (16/5) itu sekaligus menjadi peringatan ulang tahun SK Trimurtri yang ke 95 tahun yang jatuh tepat pada tanggal 11 Mei.
Buku setebal 300 halaman itu, berisi tulisan-tulisan terpilih karya SK Trimurti dari tahun 1931 hingga 1991.
Pihak Yayasan Bung Karno melalui ketua umum Guruh Soekarno Putra mengatakan, tulisan dalam buku ini dikumpulkan dari berbagai sumber yang tersebar, baik tulisan yang ada di majalah, surat kabar, buku, dan juga makalah.
Tulisan-tulisan itu kemudian dikumpulkan berdasarkan kategori tema dan tarikh pembuatannya agar dapat dipahami konteks saat tulisan tersebut dibuat.
Hasilnya buku ini berhasil memuat tujuh bab. Bab I mengenai sosok SK Trimurti, Bab II mengenai Proklamasi dan Pancasila dimana SK Trimurti adalah salah satu saksi otentik peristiwa bersejarah saat Soekarno-Hatta membacakan naskah Proklamasi pada 18 Agustus 1945 yang naskahnya diketik oleh suaminya, Muhammad Ibnu Sayuti atau yang lebih dikenal dengan nama Sayuti Melik.

Bab III Tokoh Bangsa, Bab IV Wanita, Bab V Wanita, Bab VI Perjuangan Ekonomi Indonesia dan Bab VII SK Trimurti dimata Penulis.
"Buku ini bukan kado pribadi buat Ibu Tri, melainkan untuk kita sebagai generasi penerusnya, karena tulisan tulisan beliau dapat membantu kita dalam mengenali sejarah perjuangan perempuan, buruh, penegakan demokrasi dan keadilan di Indonesia," terang Guruh mengenai alasan penerbitan buku ini oleh yayasan yang dipimpinnya.
Dalam peluncuran buku ini, Yayasan Bung Karno juga menerbitkan 125 eksemplar buku edisi khusus yang juga dijual dengan harga khusus. Edisi ini dibuat dalam rangka menghimpun dana kesehatan bagi SK Trimurti yang saat ini tengah terbaring sakit di rumah sakit MMC di Jalan Rasuna Said, Jakarta. Buku edisi sampul hard cover itu, dijual dengan harga Rp 1.000.000.
Harga tersebut memang terlihat mahal, namun masyarakat juga diingatkan jika hasil penjualan buku tersebut seluruhnya digunakan untuk biaya pengobatan SK Trimurti.
Dalam peluncuran buku tersebut, Yayasan Bung Karno rencananya menghadirkan SK Trimurti. Namun karena kondisi fisik yang lemah dan sakit karena usai tua yang dialami oleh SK Trimurti, maka rencana menghadirkan sang legenda itui tidak bisa dilakukan. Mewakili SK Trimurti adalah, anak keduanya, Heru Baskoro.
Hadir juga dalam acara tersebut adalah Herawati Diah, yang merupakan rekan SK Trimurti semasa berjuang dan juga mantan Menteri Koperasi Mohammad Ahadi dan mantan Panglima Angkatan Udara Indonesia, Oemar Dhani.
Pejuang Tiga Jaman
SK Trimurti atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Ibu Tri, adalah sosok pejuang wanita yang gigih. Dunia jurnalis Indonesia mengenal nama SK Trimurti sebagai legenda wartawan senior yang hidup dalam tiga jaman. Jaman penjajahan Belanda dan Jepang serta manisnya jaman kemerdekaan yang membebaskan Indonesia dari pahitnya penjajahan.
Kegigihannya dalam menentang penjajahan dan ketidakadilan tercermin dari tulisan-tulisannya yang selalu mengkritik penguasa waktu itu, meskipun hal tersebut dibayarnya dengan mahal, yakni masuk penjara.
Perempuan kelahiran 11 Mei 1912 itu harus rela untuk beberapa kali mendekam di penjara. Bahkan dua anak lelakinya, Moesafir Karma Boediman dan Heru Baskoro lahir dalam penjara Belanda yang kumuh dan sempit kala itu.
Tri muda mengenal dunia politik sejak tamat dari Sekolah Ongko Loro, yang waktu itu lebih dikenal dengan sebutan Tweede Inlandsche School dan setelah menjadi kader di Partindo.
Saat mengajar di sekolah dasar khusus wanita di Bandung, Tri muda harus merasakan dinginnya dinding penjara pada tahun 1936. Ia dihukum di Penjara Wanita, di Bulu, Semarang, akibat menyebarkan pamflet anti penjajah.
Sekeluarnya ia dari penjara, Belanda melarangnya jadi pengajar. Diapun bekerja di sebuah percetakan kecil, yang merupakan percetakan kaum pejuang. Disinilah ia belajar membuat atau mencetak koran dan majalah. Dan disinlah bakat menulisnya mulai terlihat.
Pada tahun 1937, Tri berkenalan dengan Sayuti Melik. Kedua orang aktivis politik ini pun mengikat janji untuk menjadi suami istri pada 19 Juli 1938. Maka jadilah mereka pasangan suami istri yang saling bahu membahu dalam dunia perjuangan. Tri kemudian kembali dipenjara karena menulis artiket menentang Belanda, meski akhirnya diberikan tahanan luar karena saat itu mengandung anak pertamanya.
Di jaman kemerdekaan, aktivitas SK Trimurti tidak menyurut. Dirinya tetap berani mengkritik pemerintahan Soekarno waktu itu, termasuk prinsip poligami yang dianut oleh sang presiden. Namun aktivitasnya itu tidak menghalanginya mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Tingkat V.
"Saya sedang dijothak (didiamkan) Bung Karno waktu itu karena memprotes poligami," tutur Trimurti dalam wawancara dengan Pantau beberapa waktu lalu.
Kini di usianya yang ke 95, anak pasangan Salim Banjaransari Mangunsuromo dan Saparinten binti Mangunbisomo itu tidak lagi bisa beraktivitas bebas. Wanita asal Solo yang pernah menjabat sebagai menteri Perburuhan di era kabinet Amir Syafiruddin itu hanya bisa tergolek lemah karena sakit diusianya yang senja. Peraih bintang Bintang Mahaputra Tingkat V dari Presiden Soekarno itu saat ini dalam perawatan intensif di Rumah Sakit MMC, di Jalan Rashuna Said, Jakarta, sejak satu tahun terakhir, setelah sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Cikini.
Meski pernah menyandang jabatan menteri, dan meraih penghargaan tertinggi dari pemerintah, bukan lantas kehidupan SK Trimurti bergelimpang harta.
Ibu dua cucu ini tetap hidup sederhana, bertempat di Jalan Kramat Lontar H-7, Kramat, Jakarta Pusat.
Kehidupannya menjadi berubah sejak terjatuh pada tahun 2000 dan dirawat dirumah sakit. Sejak itu, kesehatan terus menurun dan kerap masuk rumah sakit.
"Rumah di jalan Kramat Lontar dijual, kami punya hutang banyak untuk pengobatan ibu. Dan saat ini pengobatan hanya mengandalkan uang pensiun yang dua juta dan juga sumbangan dari pemerintah," terang Heru Baskoro yang saat ini hanya tinggal di rumah kontrakan di Bekasi.
Untuk malah ini, Guruh Soekarno Putra bersuara keras, dan menilai pemerintah kerap melupakan jasa para pahlawan.
"Bukankah negara yang besar adalah negara yang menghargai jasa pahlawannya. Namun lihatlah kondisi bu Tri. Tidak ada perhatian sama sekali dari pemerintah, khususnya biaya perawatan. Dan masih banyak lagi pahlawan perjuangan yang nasibnya tidak lebih baik yang luot diperhatikan," ucapnya.(harian surya, 15 mei 2007)

30 April 2007


May Day, May Day....
[International Workers' Day or Labour Day]


May Day atau 1 Mei adalah tanggal yang akan selalu diingat oleh seluruh buruh se-dunia, karena hari itu merupakan hari buruh internasional.
Hari ketika para buruh bersatu untuk satu suara. Menuntut perbaikan nasib untuk bisa hidup lebih manusiawi.

Peringatan May Day tercipta dari peristiwa dua abad lalu di Amerika Serikat.
Tanggal tersebut pada tahun 1886 gerakan buruh di Amerika Serikat berhasil mewujudkan pengurangan jam kerja, yakni menjadi hanya 8 jam/hari.
Proses ini bukan semata proses yang mudah, namun melalui sebuah perjuangan berat, panjang dan melelahkan dan tidak mengenal rasa takut.
(gambar milik, quakerhouse.org)
Demo besar-besaran di AS, yang berlangsung di Chicago, Illinois, pada 1 Mei 1886. Aksi ini berujung pada kerusuhan dan penahanan para aktivis buruh pada tanggal 4 Mei.
Peristiwa tersebut dikenal dengan nama Haymarket Riot of 1886, yang kemudian dijadikan sebagai tanggal libur bagi kaum buruh.

Peristiwa May Day akan selalu menginspirasi gerakan buruh dunia untuk berani memperjuangkan hak haknya yang selama ini dihilangkan oleh kaum pemilik modal.

Penulis sendiri adalah buruh, yang senantiasa tidak puas dengan peraturan dan sistem yang ditetapkan oleh sang juaragan dan juga pemerintah RI.
-- Strike!!!, tuntut kenaikan upah, tolak politik upah murah, dukung 1 Mei sebagai hari libur kaum buruh --

28 April 2007

Ini Kartun Tentang Bali
[harapan dan cerita paska Bom Bali I dan II] dan juga tentang [bali saat ini]
kartun ini adalah sebagian kecil dari puluhan kartun yang dipamerkan dalam `international cartoon exhibition BAli is My Life`
bebrapa waktu lalu, di Australia dan di Indonesia.








Kartun Bikin Bali Tersenyum











(karya: Priyanto S, magelang)

KARTUN selalu jadi bahasa yang lucu sekaligus lugas dan cerdas dalam mewartakan sesuatu..
ga perlu argumen deh, semua pasti pada tahu..(hehe, asline males njelaske).
Semua media di dunia kerap menjadikan kartun (editorial, yang sangat politis) sebagai salah satu kekuatannya.
Ini adalah sebagian dari kartun kartun tentang Bali (paska bom Bali Part I and II) yang dipamerkan dalam `international cartoon exhibition BAli is My Life` yang dah digelar di dua negara (indonesia di denpasar dan jakarta, sementara di australia di pamerkan di tiga tempat bergengsi, Maritime Museum Sydney; Rydges Hotel Melbourne dan Power House Brisbane).
Saya sendiri cukup beruntung untuk bisa melihat pameran ini dalam kesempatan terakhirnya, kala dipajang di Gedung Bentara Budaya Kompas, Sabtu (28/4/2007).

So enjoy, aja...lutju.
kartun lainnya, di posting berikutnya.

25 April 2007



Dukung Sepakbola Nasional

Play Football
Suport Arema
Speak Arema
Play Like Arema
Hate Persebaya *
*(terinspirasi dari gantungan kunci milik fans The Reds Liverpool, diakhir tulisan berbunyi `Hate MU`

ayo nyumbang buku