18 March 2018

BPJS dan Asuransi, Apa yang Beda??


Di bawah ini saya copas tulisan Basri Adhi, agen asuransi AIA di Surabaya.
Tulisan yang menarik mengenai BPJS dan Asuransi.
Monggo dibaca alon alon, biar ga salah paham dan mengerti.
==============
BPJS bukan ASURANSI ?
Oleh : Basri Adhi

Sudah baca harian Kompas Hari ini?  Di halaman 13 ada berita yang ditulis dengan judul yang sangat besar.  Ada di foto.

Lalu mengapa BPJS bisa tekor seperti ini?  Ada "hoax" yang bilang bahwa karena gaji pengelolanya terlalu tinggi, sehingga membebani Layanan yang harusnya diberikan oleh BPJS.  Saya bukan direksi atau karyawan BPJS, tapi saya berani bilang itu hoax.  Mengarang bebas.

Begini ...Salah satu pekerjaan penting dalam organisasi Asuransi adalah pekerjaan Aktuaria (atau bahasa Enggrisnya : Underwriting).

Ini adalah bagian yang mematahkan pendapat bahwa ikut Asuransi itu berjudi.  Setor kecil dan pengen dapat besar.  Bayar sekarang, tak tahu dapatnya kapan.  Bila yang berpendapat seperti itu, saya yakin karena belum baca buku atau -minimal- belajar soal Asuransi.  Hanya nggak suka : nggak suka bayar premi atau nggak suka sama agen asuransi. 

Aktuaria dalam pekerjaan Asuransi berdiri di garda paling depan.  Aktuaria yang menentukan seorang nasabah BISA DITERIMA atau TIDAK, kalau DITERIMA dia harus bayar IURANnya berapa dengan persyaratan tambahan apa (misal : medical check up, extra premi dan pengecualian coverage).

Bekerja atas dasar apakah para Aktuaris ini?  Apakah para Aktuaris ini terdiri dari "God of Gambler" semacam Chow Yun Fat dan Andy Lau?

Ilmu aktuaris ini adalah cabang ilmu yang merupakan penggabungan antara ilmu Matematika, Statistika, Ekonomi dan Keuangan.

Mereka menghitung Potensi Resiko seseorang atau sebuah asset berdasar : Data "Past Performance" atas objek dengan kriteria yang sama, Menghitung Probabilitas kejadian yang sama dengan Rumus Matematika dan Statistika yang rumit, serta memegang pedoman Hukum Bilangan Besar. 
Sekolahnya susah.

Dulu profesi Aktuaris ini harus melalui proses pelatihan yang panjang dan melelahkan, namun kini sudah ada sekolah yang mencetak Sarjana Aktuaria.  Salah satunya adalah IPB... ya Institut Pertanian Bogor.  Dimana Jurusan ini adalah pengembangan dari Jurusan Matematika.
Dan saya tahu persis, Chow Yun Fat tidak mengajar di IPB.

Lalu apa hubungannya dengan BPJS ?  BPJS adalah Jaminan Sosial atas (Pembayaran) Biaya Kesehatan Rakyat Indonesia.  Ini hanya ada di Indonesia?  Enggak.  Di hampir semua negara maju ada model BPJS ini. 

Di luar Indonesia, biasanya model BPJS ini dibiayai oleh negara dari Pajak.  Kok Indonesia tak bisa?  Ya karena jangankan untuk membayar iuran total peserta BPJS  yang jumlahnya 180 jutaan, buat bikin jalan dan kereta api saja masih tekor.

Makanya, tidak semua peserta digratisin oleh pemerintah.  Yang digratisin BPJS masuk dalam program Kartu Indonesia Sehat (KIS).  Sisanya ya harus bayar iuran yang "murah", lha paling mahal cuma Rp 80ribu.  Setara tiga kali bensin motor Mio yang dipakai dari Rumah ke Minimarket, atau secangkir Caramel Macchiato di Kedai kopi.

Peserta dapat bergabung sebagai peserta BPJS dan memanfaatkan fasilitasnya TANPA melalui proses seleksi Aktuaria.  Perlakukan untuk yang jantungan sampai jantungan sama : daftar, sanggup bayar iuran ...jadilah peserta.

Apa bedanya dengan Asuransi Kesehatan kalau begitu?

Kalau untuk menjadi peserta Asuransi Kesehatan, seseorang harus menjalani serangkaian proses Aktuaria.  Dicek umurnya (makin tua, makin mahal karena resikonya makin besar), dan tentu dicek riwayat kesehatannya.

Aktuaris berhak menerima dan menolah calon peserta.  BPJS tak begitu...Setelah itu, di Asuransi, bila diterima ada masa tunggu, ada "survival period".  

Di BPJS, misal sudah jantungan, praktis begitu sudah menjadi peserta, bisa langsung dipakai kartu itu untuk "berobat".

Maka, tak heran bila banyak terjadi keterlambatan klaim RS oleh BPJS (baca Kompas), karena antara IURAN yang masuk, dengan KLAIMnya tak seimbang.  Terlalu banyak Klaim daripada uang iuran, karena uang iuran sama rata-sama rasa : tidak dibedakan berdasar tingkat resiko.  Dan cenderung terlalu murah akhirnya.

Itu mengapa saya bilang, BPJS bukanlah Asuransi Kesehatan.  BPJS adalah Jaminan Sosial berbasis Iuran.  Namanya Jaminan Sosial seharusnya "penikmatnya" adalah pihak yang kurang mampu.

Buat yang mampu -terutama secara ekonomi- pilihannya bayar biaya perawatan RS pakai uang tabungan atau milikilah Asuransi Kesehatan yang disiapkan perusahaan Asuransi.   Jangan kayak orang susah.  Karena ada Harga, ada Rupa.

Jadi soal BPJS, Asuransi : Benci boleh, bodoh jangan.

No comments:

ayo nyumbang buku